KUDUS, suaramuria.com – Dampak pandemi Covid-19 dirasakan betul oleh pelaku UMKM di Kabupaten Kudus. Mayoritas perajin pisau di Kudus yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Citra Usaha Logam Kabupaten Kudus bahkan berhenti berproduksi.
Ketua KUB Citra Usaha Logam Kudus Sahri Baedlowi mengatakan, kelompoknya memproduksi aneka perkakas logam seperti pisau beraneka bentuk, cangkul, hingga golok. Total anggotanya sebanyak 30-an orang perjain.
Jika sebelum masa pandemi Covid-19, lanjut Sahri, perajin pisau di Kudus bisa memproduksi hingga 30 kodi per minggu. Harga produk yang ditawarkan anggotanya bervariasi mulai Rp 20.000 hingga Rp 23.000.
“Saat ini sebagian besar anggota kami sudah berhenti berproduksi. Mereka yang masih memiliki modal tetap produksi untuk menambah stok atau untuk memenuhi pesanan. Paling banter hanya 5 kodi per hari,” katanya.
BACA JUGA : Duh.. 16 Kasus Baru Positif Covid-19 dalam 2 Hari
Perajin pisau di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus ini menuturkan, transaksi penjualan kerajinan pisau pada bulan puasa Ramadan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.Hal ini tak lepas dari menurunnya daya beli masyarakat akibat pandemi virus corona (COVID-19).
“Informasi dari sejumlah pelanggan yang biasa kulakan pisau, kondisi pasar tengah sepi dan dimungkinkan masyarakat lebih fokus membeli kebutuhan pokok dibanding membeli pisau,” katanya.
Akibatnya sejak mewabah virus corona, pemesanan pisau dari pedagang tidak ada lagi. Pesanan terakhir yang ia terima, dikirim ke Surabaya. Pemesannya sebetulnya membatalkan pesanan tersebut karena kondisi pasar yang lesu akibat COVID-19 yang berdampak pada transaksi penjualan pisau di pasaran.
Namun karena terlanjur dikirim akhirnya pemesannya pun menerima. Hanya saja, untuk pembayarannya terpaksa disepakati ditunda karena pembelinya juga mempertimbangkan keuangan dirinya.
Tawarkan Pisau via Daring
Kondisi pasar yang lesu, membuat Sahri lebih menguatkan pemasaran aneka produk pisau logam lewat pemasaran secara daring.
Transaksi penjualan lewat pemasangan daring, diakui masih mengalir meskipun omzetnya tidak sebesar saat menerima pesanan dari pedagang pisau yang nantinya dijual kembali.
Sahri menuturkan, hingga kini belum ada bantuan modal atau pendampingan dari pemerintah. Beberapa waktu lalu, lanjut Sahri, memang ada petugas dari Dinas Sosial Kabupaten Kudus yang melakukan pendataan.
“Baru didata saja. Informasi yang kami terima untuk pengajuan bantuan sembako dan uang. Tapi sampai saat ini belum ada bantuan yang turun untuk sektor UMKM. Apalagi pendampingan usaha,” katanya. (SRM)