KUDUS,suaramuria.com – Tumpukan sampah di sungai masih menjadi pemicu banjir di wilayah Kabupaten Kudus. Tumpukan sampah yang nyangkut di bawah jembatan membuat aliran air tak lancar hingga melimpas ke permukiman warga.
Hal itu terlihat di sungai Pesantren yang melintas di perbatasan Desa Mijen dan Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.
Tak hanya dipenuhi sampah, talud di sungai itu ambrol sepanjang tujuh meter.
BACA JUGA : Antisipasi Banjir, Ketua DPRD Kudus Minta Semua Tanggul Sungai Dicek Ulang
Titik sungai yang penuh sampah dan taludnya ambrol itu berada di jembatan di pinggir jalan Kudus – Jepara. Talud yang ambrol itu juga membuat bangunan bengkel yang berada di sampingnya ikut rusak.
Kerangka bagian depan tampak harus disokong dengan kayu.
Camat Kaliwungu Satria Agus Himawan mengatakan, kondisi ambrolnya talud di Desa Mijen itu sebenarnya telah terjadi sejak dua minggu lalu. Begitu juga penumpukan sampah yang ada di aliran sungai tersebut.
Pasca kejadian, dia segera menindaklanjutinya dengan melaporkan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi.
Hanya saja awalnya belum juga mendapatkan tindak lanjut dan baru sebatas pengecekan saja. Puncaknya sungai tersebut limpas hingga menyebabkan banjir di Desa Kedungdowo pada Kamis (10/11) malam lalu.
“Akhirnya kami bertemu dengan pemerintah desa mengambil sikap untuk menggelar kerja bakti. Awalnya direncanakan digelar pada Sabtu (12/11) maupun Minggu (13/11) ini. Karena jika tak segera ditangani dikhawatirkan akan kembali terjadi banjir,”tambahnya.
Kerja Bhakti
Namun rencana kerja bhakti direncanakan diundur pada Senin (14/11) mendatang. Diantaranya yakni harus menunggu peralatan seperti halnya mobil crane.
“Karena jika tak segera diatasi dengan kondisi curah hujan yang masih ekstreem maka dikhawatirkan akan semakin menyulitkan masyarakat,” katanya.
Satria menyebut dalam pembersihan itu memang dibutuhkan alat berat. Pasalnya akan sulit jika dibersihkan secara manual. Apalagi sampah yang menumpuk dikatakannya dipenuhi oleh batang bambu.
“Dapur bambu itulah yang menghalangi laju debit air sungai. Sehingga saat hujan deras kemudian rentan terjadi bencana banjir,” terangnya. (srm)