KUDUS, suaramuria.com – Belasan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudus minta pulang paksa. Sebagian pasien Covid-19 minta pulang paksa itu diantara diketahui positif Covid-19, sementara sisanya masih berstatus suspect Covid-19.
Dokter di rumah sakit pelat merah RSU mengaku tak bisa berbuat banyak dan membolehkan pasien pulang.
Padahal mereka seharusnya masih harus menjalani perawatan di ruang isolasi. Direktur RSUD dr Loekmonohadi Kudus Abdul Azis Achyar mengatakan, total ada sebanyak 14 pasien yang meminta pulang paksa.
Dari jumlah itu, sebanyak 10 pasien berasal dari Kudus. Sisanya sebanyak empat pasien berasal dari luar daerah. Namun, satu pasien asal Kudus akhirnya memutuskan kembali lagi ke rumah sakit karena merasakan sesak nafas ketika tiba di rumah.
“Mereka minta pulang paksa karena alasan sudah tidak betah di rumah sakit,” kata Azis, Kamis (30/7).
BACA JUGA : Banyak Kejanggalan, Praktisi Hukum Yusuf Istanto Buka Posko Pengaduan Covid-19
Azis menambahkan, pasien Covid-19 yang minta pulang paksa diwajibkan menandatangani surat kesanggupan isolasi mandiri di rumah.
Dari total sebanyak 797 pasien positif Covid-19 yang terkonfirmasi, sebanyak 117 pasien masih dirawat di rumah sakit yang ada di Kabupaten Kudus. Sementara jumlah pasien dalam pengawasan sebanyak 72 orang.
Agar pasien tak jenuh, demi alasan kemanusiaan RSUD Kudus mengizinkan keluarga untuk menunggui pasien di ruang isolasi. “Keluarga yang menunggui harus berada di rumah sakit terus selama pasien dirawat. Seharusnya memang ruang isolasi harus steril, namun demi alasan kemanusiaan kami perbolehkan ada yang menunggui,” katanya.
Selain itu, pasien tiap pagi juga diajak berolahraga ringan. Selain untuk mengusir kejenuhan, olahraga ringan itu juga agar imunitas pasien meningkat. “Pasien kami ajak berolahraga dan berjemur agar imunnya naik,” katanya.
Dilengkapi APD
Ketua DPRD Kudus Masan yang meninjau langsung ruang isolasi RSU dr Loekmonohadi Kudus mengatakan, sangat wajar jika pasien di runag isolasi ditunggui oleh keluarganya.
“Terutama untuk pasien yang tidak bisa apa-apa, untuk urusan pribadi misalnya, tentu butuh bantuan orang lain. Sementara jumlah perawat di rumah sakit terbatas,” katanya.
Masan menekankan keamanan keluarga penunggu selama menunggui pasien di ruang isolasi. Pasalnya, hal itu sangat berisiko untuk penularan virus Corona.
“Para penunggu harus diberi APD dan juga dicek kesehatannya, terutama nanti saat pasien diperbolehkan pulang,” katanya. (SRM)