KUDUS, suaramuria.com – Warga Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus tetap merayakan tradisi tebokan jenang, di tengah situasi pandemi Covid-19, Kamis (20/8) siang.
Perayaan kirab tradisi tahunan itu bertepatan dengan tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1442 H.
Tak ada kemeriahan arak-arakan pada kirab tradisi tebokan jenang, tahun ini. Panitia membatasi jumlah Jumlah peserta kirab. Rute kirab pun tak sejauh tahun lalu.
BACA JUGA : Petani di Lumbung Padi Pertahankan Tradisi Wiwitan
Rangkaian acara dibuka dengan doa bersama. Selepasnya, dua orang warga membawa gunungan jenang setinggi sekitar 30 centimeter.
Selain jenang, warga juga membawa tebokan (semacam tampah dari anyaman bambu – Red) berisi makanan lengkap dengan ingkung ayam. Belasan orang dan penabung terbang mengiringinya.
Visualisasi Sejarah
Tradisi tebokan merupakan visualisasi sejarah proses produksi jenang yang melalui kirab budaya. Tradisi ini tetap lestari turun temurun, sebagai bentuk syukur atas rezeki warga.
Desa Kaliputu terkenal sebagai desa penghasil jenang, makanan khas Kabupaten Kudus. Ketua Panitia kirab tebokan Sumartono mengatakan, panitia membatasi jumlah peserta tradisi tebokan jenang tahun ini.
Peserta juga wajib menjalankan protokol kesehatan untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
“Tahun-tahun sebelumnya jumlah tebokan jenang mencapai seratus lebih. Warga yang mengikuti kirab juga ratusan orang. Namun karena tahun ini sedang dalam situasi pandemi Covid-19, kirab tradisi tebokan jenang sangat sederhana,” katanya.
Ketua Pokdarwis Desa Kaliputu Supriyono berharap kirab budaya tebokan menjadi agenda rutin setiap tahun pada tanggal 1 Suro. Kirab ini menjadi wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Kami bedoa agar mendapat kemudahan berusaha dan rezeki lancar dan bangsa Indonesia segera terbebas dari pandemi Covid-19,” katanya.
Protokol Kesehatan
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus Bergas Catursasi Penanggungan berterima kasih kepada warga Kaliputu yang tetap melestarikan tradisi turun temurun ini.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada warga yang telah menguri-uri budaya leluhur. Meski ada pandemi, tradisi ini tetap meriah. Kesadaran warga untuk menjalankan protokol kesehatan juga sudah tinggi,” katanya. (SRM)